Masa Depan Indonesia Bersama Kemandirian Pelajar


Oleh : Danik Eka Rahmaningtiyas

Realitas Negeri Kaya yang Kebingungan

TKI ada yang dipancung, disiksa, gaji tidak layak bahkan tidak diberikan, ada pula yang merasa aman – aman saja namun ada hal yang tergadaikan (rasa aman, harga diri bahkan hingga kehormatan). Sebuah ironi negeri gemah ripah loh jinawi, TKI sebagai salah okupasi penyumbang devisa yang cukup besar dan memiliki daya tarik tinggi di kalangan masyarakat Indonesia kelas menengah ke bawah. Karena mau diakui atau tidak, rata-rata masyarakat meminatinya karena lapangan pekerjaan dan upah kerja di Indonesia masih rendah, sementara kebutuhan hidup semakin mahal.

Akhir-akhir ini Indonesia digoncangkan dengan pemberitaan kasus penyiksaan TKI di negara-negara lain. Beritanya menjadi headline di seluruh media local dan nasional, namun bukti kedaulan Negara terhadap perlindungan warga negaranya sangat lambat dan sulit dilakukan. Alih – alih berbicaara kepedulian pemerintah dan pemilik modal di negeri ini yang peduli pada nasib para TKI, warga Indonesia yang juga masih memiliki minat yang cukup tinggi untuk meraup “emas” di negeri orang sebagai TKI.

Ini sebagai realitas atau sebuah problematika yang harus dicari penyelesaiannya? Jangan – jangan masyarakat dan para elit sudah merasa nyaman pada kondisi ini? Benar – benar masalah jika kita benturkan pula dengan realitas negeri yang kaya raya bahan baku (Sumber Daya Alam) serta tenaga (Sumber Daya Manusia, yang mungkin masih perlu disadarkan pada potensi yang ada).

Dalam sudut pandang strukturalis, pemerintah/elit sebagai pembuat kebijakan, pemberi akses, dan tentunya “komandan perang” kedaulatan harus mengkaji permasalahan dan meregulasikan kebijakan yang pro-poor sebagai bentuk good government dengan memperhatikan sistem ekonomi, pendidikan, politik, hingga permodalan.

Dalam sudut pandang humanistik, perlu adanya penyadaran potensi masyarakat Indonesia yang di dukung oleh seluruh stake holder yang ada seperti pemerintah, tokoh masyarakat, aktivis social, sekolah, dll.

Jika menyaksikan realitas yang ada tidak sekedar TKI saja, juga pengangguran dimana – mana, pertanyaannya apakah tidak ada alternatif lain sebagai sumber okupasi saat pemerintah atau pihak swasta belum bisa menyediakan lapangan pekerjaan dan upah kerja secara optimal?

Jika melihat potensi Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia luar biasa melimpah, hanya membutuhkan sedikit kreatifitas untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai jual dan daya jual tinggi. Sehingga poteni Sumber Daya Manusia (SDM) yang perlu dikembangkan, dari sinilah kreatifitas menjadi kekuatan utama. Enterpreuneurship adalah salah satu alternatif okupasi, industri kreatif anak negeri.

Pelajar : Next Generations

Kenapa harus pelajar yang jadi sasaran? Bukankah yang butuh uang adalah orang dewasa? Ada target jangka pendek sifatnya berubah sesaat, ada target jangka panjang dengan gerakan sporadis dan berdampak hingga dalam jangka panjang.

Pelajar sebagai sosok yang tak terlepas dari pendidikan dan usia remaja, memiliki energi ekstra daripada kaum tua karena dalam “golden age” perkembangan manusia serta tidak terlepas dari dunia intelektualitas karena memang tuntutan dunianya. Pelajar menyimpan beragam potensi dan energi luar biasa yang apabila tidak tersalurkan dengan baik akan mengarah pada kenakalan remaja (juvenile delenguence). Oleh sebab itu pelajar haruslah memiliki ruang khusus untuk mengenali dan pengembangan potensi kreatifnya.

Selama ini pelajar selalu diidentikkan dengan status manusia yang belum bisa mandiri sepenuhnya, serta masih tergantung dengan orang-orang dewasa baik dalam memenuhi kebutuhannya maupun dalam menentukan keputusan. Padahal di sisi lain, pelajar juga membutuhkan kebutuhan yang luar biasa baik itu yang bersifat aktualisasi maupun materi. Rata-rata pelajar diluar tugas utamanya untuk belajar (bersekolah, red), mereka lebih suka menghabiskan waktunya untuk memenuhi hasrat keingintahuan, ingin mencoba, dan tampil beda melalui hal-hal yang kurang produktif (konsumtif). Walaupun juga ada beberapa pelajar yang mengisi hari-harinya dengan mainstream produktifitas.

Pola pembelajaran mental kemandirian sejak dini dirasa sangat perlu dibangun dalam mempersiapkan generasi tangguh masa depan. Membangkitkan pola pikir kreatif & produktif diharapkan mampu menjadikan pelajar – pelajar Indonesia lebih siap dan mandiri dalam menyambut masa depannya, hal ini otomatis akan berdapak pada perekonomian bangsa yang kian mandiri.

Apa yang Harus Dilakukan

Pelajar harus mampu mengembangkan potensi kreatifitas luar biasa yang dimiliki oleh tiap-tiap diri pelajar dengan beragam keunikannya, tersistematisasi dalam sebuah gerakan jama’ah/komunitas. Sehingga ke depannya diharapkan kreatifitas ini mampu menjadi suatu usaha produktif serta mampu terdistribusi dengan baik. Penyadaran dan pengembangan potensi ini diarahkan agar pelajar mampu menganalisis potensi diri (sebagai pelaku/subjek) dan lingkungan sekitar (sebagai objek). Sadar dahulu, bahwa diri kita dan sekitar kita sebenarnya tersimpan daya “sesuatu” yang luar biasa.

Jika sudah menyadari dan bermental optimistis, barulah upaya pengembangan skill (keahlian) dalam mengolah potensi yang ada sehingga mampu menghasilkan karya/produk kreatif yang memiliki nilai ekonomi.

Yang tak terlupakan apabila produk/karya sudah dihasilkan bagaimana pelajar kita memiliki serta kemampuan menyusun management industri kreatif, serta kemampuan distribusi dan marketing produk/karya. Karena realitas yang terjadi di Indonesia, kreatifitas produk anak negeri terhambat pada proses distribusi dan marketing, serta korban kebijakan ekonomi yang tak berpihak pada usaha kecil sehingga produk anak negeri kalah saing.

Pendekatan humanistis pada pelajar mulai dari penyadaran potensi hingga pengembangan skill walaupun sudah dilakukan pun tak akan terjadi apa – apa, apalagi berharap efek komunitas yang dihasilkan apabila tidak ada elit yang memberi ruang untuk bergerak (structural birokrat), pendampingan pemerintah mulai dari permodalan hingga kebijakan pasar yang diberlakukan menjadi penguat perkembangan industry kreatif anak bangsa.

Industri Kreatif : Pembangunan dari Mikro untuk Indonesia

Industri kreatif melalui kerja kreatif ini menjadi hal yang tidak sulit untuk diwujudkan apabila ada komitmen dari seluruh stakeholder dalam lingkar isu ini. Misal seperti bagaimana membangun kesadaran pada diri pelajar bahwa kreatifitas sangat dibutuhkan untuk kehidupan akan datang selain ijazah pendidikan formal. Menjadi sebuah harapan meminimalisir konsumerisme di kalangan pelajar melalui produktifitas dalam negeri.

Bermunculannya produk – produk luar biasa dari anak negeri seperti mobil, laptop bahkan terbaru ini pesawat adalah sebuah angin segar kreatifitas anak negeri yang memiliki nilai ekonomi jika memiliki management dan mendapat ruang yang baik dari pemerintah. Secara otomatis apabila iklim seperti ini berkembang di seluruh Indonesia, bukan lagi mission impossible Indonesia siap bertarung dengan Negara maju yang mandiri, masyarakat sejahtera, tidak lagi bergantung pada asing.

Posting Komentar

0 Komentar