Oleh. Danik Eka Rahmaningtiyas
Kebetulan! Apa yang anda pikirkan tentang kebetulan-kebetulan itu?
Menurut Sigmund Freud sang psikoanalisa, bahwa
tipografi kesadaran manusia dibagi menjadi tiga bagian, yakni alam tak sadar,
alam prasadar, alam sadar. Dimana alam tak sadar mendominasi kesadaran manusia.
Tipografi tersebut yakni :
- Alam Tak Sadar berisi dorongan (impuls), nafsu, hasrat, ide, dan perasaan yang ditekan. Kebutuhan-kebutuhan vital individu berada dalam alam tak sadar ini, sebagai kontrol mekanisme kerja tubuh dalam alam sadarnya. Alam tak sadar adalah motiv atas alam sadar individu. Namun, alam tak sadar tidak dapat diingat dalam alam sadar apabila sistem sensorik kesadaran sedang bekerja. Alam tak sadar dapat muncul dalam alam sadar apabila sistem sensorik sebagai alat kontrol kesadaran sedang tak berdaya. Misalnya, orang mengigau saat tidur, berbicara saat mabuk, keceplosan dalam bercanda. Alam tak sadar dapat pula dipanggil saat sadar, misalnya melalui teknik meditasi saat kita dapat memusatkan konsentrasi dan melepaskan sensor-sensor kesadaran kita.
- Alam Prasadar tidak serta merta ada saat individu lahir, tetapi berkembang pada saat kanak-kanak. Karena tekanan dan pengikat energi mental supaya kegiatan-kegiatan instinctual tidak bergerak liar, namun diikat dengan hal-hal yang bersifat normatif pada alam sadar. Hal ini dapat kita lihat pada seorang bayi yang dengan mudah melepaskan kebutuhan-kebutuhan vitalnya seperti lapar, buang hajat, dll tanpa menghiraukan norma lingkungannya. Jadi, alam prasadar adalah sensor atas alam tak sadar yang dikeluarkan dalam alam sadar.
- Alam Sadar adalah suatu keadaan dimana individu mampu mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui pancaindera dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri melalui perhatian. Bila kesadaran baik, maka akan terjadi orientasi tentang waktu, ruang, objek, gerak, dll dengan pengertian yang baik pula serta pemakaian informasi yang efektif (melalui ingatan dan pertimbangan).
Apabila kita memaknai kebetulan berangkat dari sesuatu yang
tidak disadari berdasarkan tipografi kesadaran manusia yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud, bahwa segala sesuatu yang dialami oleh manusia adalah sebuah
akibat dari pengalaman masa lalu dan impuls-impuls yang digerakkan oleh alam
tak sadarnya yang termanifestasikan dalam alam sadar. Karena alam sadar tak
mampu mengenali kondisi yang terjadi dibalik kesadaran tersebut.
Menurut Thomas Kunt semesta adalah konstruksi
sosial, dia bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada tanpa ada bentukan kehidupan
atau sistem sebelumnya. Kebetulan pun
bukan sesuatu yang terlahir begitu saja tanpa sebuah kisah atau pengalaman yang
terekam sebelumnya. Sementara menurut Roy Bhaskar semesta tidak semata-mata
hasil konstruksi sosial (lubis & ardian, 2011 :130), ada sesuatu yang
bersifat metafisik dari setiap kejadian.
Bisa jadi orang yang secara kebetulan menumpahkan kopi,
memiliki riwayat hubungan tidak baik atau instinc terpendam di alam tak
sadarnya lalu dilakukan displacement
(pemindahan) yang tidak disadari, dengan menumpahkan kopi di baju kawannya.
Individu itu sendiri merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak disengaja, hanya
kebetulan. Namun, alam bawah sadarnya telah menggerakkan otot-otot kinestetiknya,
tanpa disadari si pemilik tubuh.
Kebetulan bisa dimaknai sebagai stimulus yang menghasilkan
respon dan juga akibat dari pengalaman masa lalu serta pengaruh alam tak sadar.
Kebetulan sebagai stimulus bukan merupakan variabel bebas karena jika
dibenturkan dengan situasi emosi dan lingkungan (ruang dan waktu) individu akan
mampu merubah stimulus itu sendiri. Baik menjadi respon yang bersifat afektif,
kognitif, maupu konatif, bisa juga respon yang dihasilkan pun tiga ranah
sekaligus. Apakah akan menjadi stimulus positif, stimulus negatif, atau
stimulus netral.
Akan menjadi stimulus positif apabila kebetulan tersebut
adalah hal yang diharapkan, bermanfaat dan membawa emosi positif bagi individu,
ataupun mimpi-mimpi masa lalu yang tak terbayangkan. Maka, respon yang
dihasilkan pun akan positif. Kebetulan menjadi stimulus negatif apabila hal
tersebut tidak diharapkan, menumbuhkan emosi negatif, dan menyisakan sakit baik
fisik maupun psikis. Misalnya bertemu dengan orang yang dibenci di sebuah
pesta. Kebetulan itu akan menjadi stimulus netral apabila tidak mempengaruhi
situasi emosi individu. Setiap hari kita berpapasan dengan orang-orang yang
berbeda yang tidak kita kenal di jalan umum. Maka, respon yang tidak ada apa-apa,
yang dihasilkan pun netral. Dari stimulus menghasilkan respon.
Kebetulan dalam stigma masyarakat
Tanpa disengaja aku bertemu
dengan seseorang, menemukan sesuatu dan melakukan sesuatu tanpa diduga, tidak
pernah kurencanakan. Dianggap sebagai suatu kondisi yang tidak direncakan, datang
tiba-tiba. Namun seringkali kebetulan juga akan membawa seseorang pada memori
masa lalunya yang memiliki keterkaitan dengan stimulan “kebetulan” tersebut, seringkali
juga akan membawa reaksi yang juga akan mempengaruhi sikap baik pada individu itu
sendiri maupun dalam kehidupan yang lebih luas.
Apakah
sesederhana itu kebetulan jika memiliki banyak irisan dan efek kehidupan?
Kebetulan adalah suatu
kejadian yang tidak disegaja, tidak diduga dan tidak direncanakan kejadiannya.
Dari sini akan muncul berbagai reaksi/respon individu, karena kebetulan itu
sendiri adalah aksi/stimulus mono (tunggal) yang menghasilkan multiple respon.
Suatu proses kebetulan (stimulus) yang sama akan menghasilkan respon yang
berbeda pada tiap-tiap individu. Bahkan pada individu yang sama, ruang dan
waktu turut mempengaruhi respon yang dihasilkan.
Seringkali dikatakan bahwa
kebetulan itu tidak disadari kejadiannya. Sehingga menjadi wajar apabila
individu yang mengalami kebetulan ini, reaksi pertama yang terjadi adalah kaget (terkejut). Lalu apakah kebetulan
itu berasal dari alam tak sadar manusia? Karena manusia tidak menyadari akan
kejadian yang terjadi, tiba-tiba saja terjadi.
Kebetulan menjadi ruang magis dan naif
Kebetulan sebuah takdir yang ditentukan Tuhan
Karena
kebetulan sebagai realitas yang tidak direncanakan, seringkali sebagian besar
dari kita meyakini bahwasannya kebetulan adalah takdir yang telah digariskan
oleh Tuhan dan akhirnya menentukan kehidupan selanjutnya. Namun, perlulah kita
kembalikan pemaknaan takdir itu. Takdir sudah dinashkan dan tidak dapat
dirubah. Hidup, mati, jodoh, dan rizqi sudah ditetapkan Tuhan! Itu hanya
sebagai Grand Topic. Manusia dihidupkan,
lalu dimatikan, manusia sudah dijodohkan antara laki-laki dan perempuan untuk
mengembang-biakkan jenisnya, rizqi sudah dihamparkan di muka bumi. Tuhan tidak
pernah mentakdirkan manusia hidup seperti apa, mati dalam keadaan bagaimana,
siapa jodoh kita, kaya atau miskin. Semua berujung pada ikhtiar masing-masing
manusia itu sendiri, “Sesungguhnya Allah
tidak akan merubah suatukaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya.” (QS.
Ar-Ra’ad : 11)
Begitulah
Allah menentukan Takdir. Bukan berarti semua otomatis ditangan manusia seperti
yang dipahami oleh paradigma kesadaran Naif atau kesadaran magic semua menjadi
sebuah skenario tanpa usaha. Ada kekuatan transcendent
dibalik apa yang terjadi. Apa yang kita pikirkan, itulah yang kita rasakan.
Seperti halnya sakit ataupun ketakutan yang diakibatkan oleh sugesti (hasil
proses otak, menggerakkan sistem kerja tubuh manusia). Kebetulan pun bisa jadi
selain ada dimensi transcendent yang
menggerakkan, juga akibat apa yang selalu kita pikirkan. Karena dimensi manusia
yang tidak kita sadari mampu menggerakkan fisik manusia.
Jadi,
kebetulan bukan serta merta hadir begitu saja. Karena ada yang kita pikirkan,
karena ada kekuatan yang telah menggariskan, karena harapan-harapan,
penolakan-penolakan yang selalu kita panjatkan disela-sela ketidak-sadaran
kita. “Kebetulan saja domisili saya
disini, akhirnya saya aktif disini….”
Sebenarnya itu sebuah mimpi yang
selalu kita dengungkan tiap hari, mampu menggerakkan sedikit demi sedikit
langkah kita hingga apa yang kita rasakan sebagai realitas saat ini ada
(kebetulan…) dan tak pernah terlupa, bahwa kekuatan transcendent-lah yang mengantarkan manusia pada harapan-harapan itu.
Kebetulan
adalah harapan dan dorongan individu.
Kebetulan
adalah realitas yang terjadi dan disadari, namun tidak disadari kedatanganya.
Kebetulan bisa jadi bermakna dan tidak bermakna tergantung situasi apa yang
terjadi pada individu. Kebetulan yang sejalan dengan harapan akan menumbuhkan
energi positif bagi individu yang mengalaminya. Namun, apabila kebetulan itu
tak sejalan bahkan bertentangan dengan harapan akan menjadi konflik bagi
individu yang mengalami bahkan orang lain pun bisa menjadi imbas dari energi
negatif yang dihasilkan oleh individu tersebut.
Saat
kita dalam keadaan lapar, tiba-tiba kawan kita datang membawakan makanan. Apa
yang terjadi? Saat kita tergesa-gesa untuk mengikuti ujian, tiba-tiba motor
kita bocor. Apa yang terjadi? Sebagai realitas yang tidak diduga. Kebetulan
mampu merubah rencana yang telah terangkum dalam otak manusia, menghasilkan
rencana-rencana baru dan harapan baru.
Selamat menikmati dan memperkuat ibadah di penghujung Ramadhan ini
dalam dimensi ritual dan sosial. Semoga bukan sekedar kebetulan kita hidup
hingga Ramadhan atau lebaran, menjadi insan yang lebih baik karena hidup bukan
KEBETULAN.

0 Komentar