Belajar Konsistensi dari Bersepeda


Aku bersepeda sejak usia 4 tahun, hampir sebagian besar tetangga sebayaku belajar sepeda padaku dengan menggunakan sepeda mini butut milikku itu. Lebih dari 3 kali sepedaku patah, mulai dari nabrak pohon, masuk jurang sampah sampai kecebur sungai tentu bersama dengan yang mengendarainya. Tapi semakin sering rusak ternyata sepedaku semakin kuat, karena abah selalu saja dengan tanggap membawa ke tukang las besi supaya esok pagi aku bersepeda kembali.

Bukan hanya bersepeda, abah selalu mengajarkanku mandiri dalam merawat dan mencintai sepedaku itu. Pernah suatu hari saat aku kelas 1 SD meminta tolong pada abah untuk memompa sepedaku, ternyata abah menolak dan mengatakan “coba belajar mengerjakan sesuatu sendiri, gak ada pekerjaan laki-laki atau perempuan. Kamu harus mandiri, supaya bisa bertahan saat kamu sendiri gak ada abah, ibu, atau orang yang bisa kamu mintai tolong.” Alhasil ban kempes, rantai putus sampai ban bocor harus dituntaskan sendiri.

Bersepeda menjadi rutinitas utamaku  hingga lulus SMA, walau anak-anak remaja seusiaku itu baru merasa keren jika naik motor. Aku mulai sadar bahwa bersepeda bukan sekedar alat transportasi sederhana tapi juga berolahraga dan bentuk kepedulian kita pada lingkungan untuk menekan tingkat polusi. Bersama adik dan teman-teman pesepeda kami mendirikan Komunitas Sepeda Siswo Projo, salah satu campaign populer kami adalah “ayo budhal sekolah ngonthel”. Selain itu setiap hari minggu/hari libur, setelah keliling bersepeda kami sosialisasi pada warga tentang manfaat bersepeda & aksi bersih lingkungan baik di arena car free day hingga di laut dan gunung.

Tahun 2012 saat DPR menolak anggaran pembangunan gedung KPK serta pelemahan fungsinya, kami ingin mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan moral kepada KPK serta donasi uang koin. Tentu aksi kami tidak bisa langsung menyelesaikan masalah karena kami hanya remaja yang coba memberikan kepedulian semampu kami untuk bangsa ini. Kami bersepeda dari Jember ke Jakarta (Gedung KPK) selama 11 hari untuk mengumpulkan koin  serta surat dukungan sepanjang perjalanan kami yang akan kami serahkan ke KPK.

Tahun 2013 kami dinobatkan sebagai juara II komunitas kreatif duta wisata Jember oleh Dinas Pariwisata Jember dan juga menginisiasi jalur pesepeda  di Jember. Tahun 2015 kami kembali memberi dukungan kepada KPK bersepeda dari Jember ke Jakarta dengan membawa miniatur obat2an pencegah ‘masuk angin’ kepada pihak-pihak yang memperlemah KPK.

Liburan Natal dan Tahun Baru 2015 kami gunakan untuk touring bersepeda sambil mengajak masyarakat saling mengasihi antar-umat beragama dengan bersepeda dari Jember hingga ke Kota Bima NTB.  Kami mampir di Masjid, Gereja, Koramil dan Kantor Polisi.

--> Bersepeda adalah media untuk menyuarakan hal-hal baik dengan cara yang asyik dan tentunya sehat.  Dalam mencapai tujuan harus konsisten kerja keras dan terus bergerak, layaknya sepeda jika dia tidak bergerak maka tidak akan pernah sampai pada tujuan dan pasti akan terjatuh. Bagi kawan-kawan pesepeda yang lagi touring melewati Jember Silahkan mampir beristirahat & bertukar cerita  di Basecamp Siswo Projo, pasti abah dan ibuku juga turut senang. 😊

Posting Komentar

0 Komentar