Hari itu (28/11/2010) pukul 14.30 WIB aku sampai di Stasiun Wonokromo. Berniat naik kereta ekonomi Gaya Baru Malam jurusan Pasar Senen - Jakarta namun karena harus menyelesaikan Rapat Panlihwil IPM Jatim sebelumnya, akhirnya aku ketinggalan.
Ku coba mencari jadwal hari itu juga untuk bisa meluncur ke Jakarta, tentunya dengan tanpa menguras kocek terlalu tinggi. Alhamdulillah, ada kelas Bisnis Gumarang pukul 18.00 WIB dan kelas ekonomi Kertajaya 15.30 WIB tapi lewat stasiun Pasar Turi. Aku langsung meluncur dengan sang bis kota. hup! Alhamdulillah... sampai juga.
Ku coba mencari jadwal hari itu juga untuk bisa meluncur ke Jakarta, tentunya dengan tanpa menguras kocek terlalu tinggi. Alhamdulillah, ada kelas Bisnis Gumarang pukul 18.00 WIB dan kelas ekonomi Kertajaya 15.30 WIB tapi lewat stasiun Pasar Turi. Aku langsung meluncur dengan sang bis kota. hup! Alhamdulillah... sampai juga.
Wah ternyata semuanya sudah penuh, tiket tanpa kursi harganya juga sama saja. Setelah ditimbang-timbang akhirnya naek kereta ekonomi Kertajaya saja.
Bismillahirrohmanirrohim...
Berjalan beberapa gerbong, akhirnya ku temukan lorong kosong di sekitar penyambung antar gerbong. Ku pikir disini saja lah apalagi setelah sedikit observasi, orang-orangnya cukup bersinergi (sesama penumpang ekonomi yang gak dapat kursi... hehe...)
Kereta mulai bergerak, sang mentari mulai meneggelamkan sinarnya... suasana yang bising oleh pengamen, pengemis, penjual makanan, benar-benar riuh.... ketidaknyamanan mulai terasa saat seorang anak disampingku usia sekitar 1 tahun menangis, seorang wanita hamil muda merasa nyeri karena terhimpit oleh penumpang lainnya, seorang ibu obesitas yang tak henti-hentinya merokok.
Tiap berhenti di stasiun sedikit sekali peserta yang turun, yang ada malah berduyun-duyun penumpang naik. huft! benar-benar terasa sesak. Walau pun kelas ekonomi, sepertinya bakalan laba banyak tuh... over-kapasitas apalagi banyak penumpang tanpa karcis yg bayar sembunyi2 langsung lewat petugas. Satu paket praktek sederhana antar-pihak yang saling mendukung.
Belum lagi para pengemis, pengamen, penjual yang juga gak peduli suasana... maen injak dan maen pepet... Mereka melakukan itu mungkin karena mereka juga butuh makan... Astaghfirullahaladzim! lampu padam hingga pukul 03.00 dini hari. Benar-benar harus sigap. Suara anak menjerit-jerit, aku pun tatap mepet di lorong pojok sambil mengamankan tasku, disampingku wanita hamil muda ku suruh duduk di bawahku agar lebih aman.
Agak miris tapi ya pada butuh. Bagaimana sistem transportasi di negeri kita ini? kendaraan yang tidak layak pakai, mekanisme penerimaan penumpang yg tak terbatas, penggelapan-penggelapan penumpang yang sudah menjadi rahasia umum. duh... duh... rasanya kapok juga kalau aku ingat diriku anak gadis sendirian... tapi jadi luar biasa nikmatnya, saat kita bisa bersinggungan dengan realitas yang ada. Tapi apakah kita hanya akan memilih menjadi manusia di zona nyaman sendiri dan membiarkan seperti ini begitu saja?
0 Komentar