Oleh : Danik Eka Rahmaningtiyas
Ngopi di warung bakso parkiran kampus, terdengar riuh berdebat hingga urat di leher mulai terlihat. Aku menyimak lontaran-lontaran yang penuh nada tekanan.
"Rezim Orba dan Reformasi telah gagal, Kemaksiatan, Kemelaratan, berkarat dimana-mana. Apa yang bisa dibanggakan dengan demokrasi selama ini? dengan reformasi katanya gerbong kemaslahatan umat... tidak ada! Harga kebutuhan terus naik! Harga diri bangsa terus turun! Saatnya REVOLUSI! dengan syariah Islam!"
Kawan lain menjawab, "Negeri ini plural bos! jangan terjebak-lah dengan simbolisasi Ideologis yang rawan konflik... coba kembali pada nilai-nilai Pancasila"
Dia balik menjawab, "malah sebaliknya, kita selama ini terjebak dengan simbolisasi Pancasila. namun, tidak menjawab permasalahan rakyat!"
--------------------------------------------------------
Yang mereka rasakan seperti kegalauanku juga. Dari sebuah bangsa yang kaya raya, rakyatnya sengsara. Perjuangan-perjuangan "idealis" bangsa ini selalu terjebak untuk melakukan revolusi dengan legalitas simbolis, apa itu mengatasnamakan agama atau ideologi bangsa.
Indonesia sebagai negara plural, dengan potensi yang beragam. Menjadikannya sebuah kekuatan perubahan, namun jika tidak hati-hati juga rawan konflik yang akan menghancurkan bangsa ini sendiri.
Perjuangan dengan cara legalisasi simbolik akan membawa dampak psikologis yang destruktif dari arus bawah, karena bisa menjadi isu sensistif yang dipolitisir oleh pihak-pihak yang bekepentingan. Namun, hal tersebut malah akan dinikmati oleh elit dengan melakukan kamuflase meraih untung diri sendiri atau golongannya.
Coba bila yang dilakukan adalah perjuangan nilai yang terus dipropagandakan secara paradigmatik kepada arus bawah, dengan melakukan penyadaran akan ketertindasan dan kondisi bangsa yang semakin terpuruk. Bayangkan saat masyarakat menemukan dan menyadari kondisi bangsa, maka akan mampu menghegemoni relasi kuasa elit. Teringat bagaimana perjuangan dengan beragam perbedaan bangsa Indonesia ini merebut Kemerdekaan.
Maka Revolusi Siap digulirkan!
Siapa yang mau menjadi embrio Revolusi arus bawah? minimal kini saatnya sadarkan diri kita bahwa banyak ketimpangan di Negeri kita yang benar-benar menindas rakyat dan menginjak-injak harga diri bangsa. Buat lingkar inti gerakan, siapkan gerakan. Sudah bukan saatnya untuk meributkan legalitas simbolik semata.
0 Komentar