Aku belajar cinta dari kesederhanaan. Saat menyaksikan ibuku tidak akan pernah makan sebelum anak-anaknya makan, jika makananku tidak habis maka ibu yang menghabiskannya. Seolah di lidahnya semua menjadi enak. Ibu tidak ingin aku jajan sembarangan, dengan gesitnya tiap pagi menyiapkan sarapan sehat dan bekal olahan special dari ibu yang membuatku selalu rindu. Ibu selalu membagi makananku jika ada teman-teman disekitarku dan selalu menyuruhku mengajak teman2 bermain bersama. Ibu tau aku pun menyukai berbagi dengan teman-teman, jadilah ibu tidak pernah memasak/membuat sesuatu secukupnya aku tapi bagaimana seluruh teman-temanku turut merasakannya. Ini terbawa sejak kini, seolah rumahku adalah basecamp bagi temanku dan adik-adikku pula.
Alih-alih melemparkan kesalahan yang diperbuatnya padaku, saat aku melakukan kesalahan ibu tidak pernah memarahiku di depan umum bahkan dia dengan lantang mengatakan itu kesalahannya. Dia menunggu waktu kami berdua, sambil makan makanan kesukaannku dan bermain-main ibu menasehatiku dengan penuh kasih sayang. Dia tidak pernah mengatakan "tidak", "jangan", "dilarang" tetapi selalu menjelaskan perbuatan kebalikan yang kulakukan memiliki manfaat yang lebih banyak sementara yang ku lakukan merugikan banyak pihak. Saat aku bertengkar dengan temanku atau pun saat aku dibully, ibu selalu bilang "ika minta maaf" lalu mengajakku pulang, seraya ibu bertanya "ika suka perbuatan seperti itu?" aku hanya menggeleng, "jadi jangan berbuat seperti itu ya nak...". Satu hal sayang yang tak terbatasnya untukku, dia tidak pernah menjadikanku alasan untuk mendapatkan keinginan-keinginannya.
Melihat kancing atau jahitan bajuku lepas dengan sigap ibu segera menjahitnya walau kadangkala tangannya tak sengaja harus tertusuk jarum. Pernah aku hanya memiliki 1 kemeja putih untuk seragam sekolah, karena waktu di sekolah aku bermain hingga kotor sekali sementara besok masih menggunakan kemeja putih... ibu langsung mencuci bersih, besok pagi kemejaku sudah bersih dan rapi (ibu memang sakti ^_^). Seingatku sampai aku kelas 3 SMP, Ibu tak pernah beli baju baru karena hanya ingin semua untuk aku. Baru beli gara-gara abah nganterin aku beli baju lebaran, aku ganti ambil aja baju buat ibu. Setelah dibayar abah kaget koq aku beli baju ibu-ibu (Abah juga begitu sih... mereka berdua pengennya semua buat anak-anaknya, sampe korban gaya).
Ibu selalu bertanya apa yang aku sukai, yang membuat aku nyaman, membuat aku senang, itu cukup sekali untuknya. Bagi ibu apapun masalah diluar sana sudah tidak berarti dan tidak ingin membuang-buang energinya, karena ibu ingin seluruh energinya untuk mendidikku menjadi manusia dewasa serta membuatku bahagia. Hari-harinya dihabiskan bersamaku, berbicara dengan ayam-ayam peliharaan ibu, mengenalkan nama-nama bumbu dapur dan segala perabotnya, bersahabat dengan tanaman-tanaman di sekitar rumah, dan yang paling menarik tiap pagi dan sore hari ibu mengajakku jalan-jalan mengumpulkan batu kerikil di jalanan yang mengganggu lalu menatanya di halaman rumah kami. Ibu sabar sekali menungguku pulang dan dengan antusias selalu mendengarkan cerita-ceritaku selama aku tidak bersamanya.
Cinta ibu padaku selalu berpesan, kejarlah mimpimu, kejarlah bahagiamu. Karena ada mimpi dan kebahagiaan itulah kamu semakin produktif, semakin nyaman, dan semakin bermanfaat untuk banyak orang. Tebar kebaikanmu dengan bahagia itu, tapi berhati-hatilah... tidak semua orang sebaik yang kamu pikirkan. Jaga dirimu, asah seluruh potensi terbaikmu agar kamu tidak menjadi orang yang selalu ketakutan ditinggalkan. Karena situasi seperti itu akan datang.
Begitulah cinta sederhana yang luar biasa, aku sudah mendapatkannya dengan sempurna.... oleh ibu aku dilarang berpikir bagaimana membalas cinta padanya. Ibu akan sangat bahagia jika aku mampu menjadi istri dan ibu luar biasa, karena dia merasa ada ruang yang belum bisa diraihnya : menjadi wanita yang memiliki manfaat di kehidupan yang lebih luas. Tetaplah do'a dan ridho ibu adalah semangatku. Semoga bisa!
*suatu senja : re-call memoriku setelah di telpon ibu*
Jakarta, 29 April 2014
0 Komentar