Kepada : Seluruh Aparatur
Pemerintah dan Rakyat Indonesia
![]() |
| Sumber Foto. Pinterest Alat Pemadam Api |
Kepedulian masyarakat untuk
memastikan kesehatan masyarakat terkena dampak cukup tinggi dengan banyaknya
pengiriman tim-tim medis serta perlengkapan seperti masker, alat bantu
pernafasan, dll. Berbagai pihak juga cukup melakukan aksi pemadaman titik-titik
api. Namun, makin hari korban semakin meningkat.
Pikiran sederhana saya, namanya
asap akibat kebakaran berarti harus dipadamkan. Kalau menunggu hujan namun
tidak turun hujan, ya harus buat alternatif lain untuk memadamkan. Pelaku pembakaran
harus tetap diusut tuntas, assessment dan kepastian pelayanan kesehatan bagi
warga terdampak harus semakin diperkuat. Namun, saat ini upaya kuratif
pemadaman titik api juga perlu konsentrasi tersendiri.
Saya mencoba mencari informasi di
lapangan, dalam waktu 3 bulan ini sudah banyak pasukan yang turun untuk
melakukan pemadaman. Tekniknya mereka membuat kanal-kanal yang bisa membanjiri
lahan gambut yang terbakar, hanya saja air yang tersedia kurang sekali akibat
kerusakan lahan yang sangat parah. Bom air dengan pesawat sukhoi dan hujan buatan
juga sudah dilakukan. Namun kondisi gambut yang sangat kering tebalnya puluhan
meter menambah tingkat kesulitan tim pemadam. Padahal luas lahan yang terbakar
saat ini hanya 1/6 dari luas lahan yang terbakar tahun lalu, tetapi asapnya
lebih parah tahun ini karena sulit memadamkannya.
Saya dapat satu poin, butuh air
untuk memadamkan tapi sulit. Saya melempar pertanyaan yang seolah-olah saya sangat
yakin bisa melakukan sesuatu yang besar. Berarti butuh air ya? Dimana lokasi
terdekat untuk mendatangkan air? Mau mengebor air tanah di sekitar lahan malah
bisa menambah parah kebakaran jika disiramkan pada api karena air gambut banyak
mengandung karbon.
Namanya titik api pasti bisa
dipadamkan. Kemungkinan untuk padam selain menunggu hujan itu ada dengan
membanjiri lahan gambut dengan air dari tempat lain. Seharusnya ada kanal-kanal yang
dioptimalkan saat musim hujan untuk meminimalisir kebakaran di musim kemarau.
Dalam surat terbuka ini, saya
menyampaikan beberapa poin :
- Upaya kuratif padamkan api, basahi lahan gambut sesegera mungkin dengan cara mengambil air dari tempat lain, butuh truk-truk atau media apapun untuk membawa air-air tersebut sampai di lokasi.
- Assessment dan beri kepastian pelayanan kesehatan warga terkena dampak serta kelompok rentan.
- Buat kanal-kanal yang dioptimalkan saat musim hujan.
- Usut tuntas dan beri tindakan hukum pelaku pembakaran lahan sampai ke mafia-mafianya. Bukan sekedar pelaku pembakaran yang notabene hanyalah masyarakat yang disuruh oleh cukong raksasa.
- Berdayakan warga dan tingkatkan kesadaran lingkungan agar memiliki kemandirian ekonomi sehingga tidak lagi membakar lahan.
- Kembalikan hutan di sekitar lahan gambut agar dapat menjamin resapan air. #SaveGambut
Demikian suat terbuka ini saya buat
karena kegalauan hati saya, bingung harus berbuat apa yang paling efektif untuk
menghentikan jumlah terkena dampak karena kesehatan dan nyawa manusia sangatlah
berharga. Saya berharap kepada seluruh aparatur pemerintah mengoptimalkan aksi
untuk menghentikan bencana yang menurut BNPB 90% karena ulah tangan manusia.
Jika pemerintah tidak sanggup untuk melakukan, saya sangat yakin dengan spirit
kemanusiaan kerja massal rakyat Indonesia dapat segera menyelesaikan bencana
ini. Tetap berbagi peran : 1) padamkan titik api; 2) beri pelayanan maksimal
pada warga terkena dampak; 3) usut tuntas pelaku pembakaran; 4) buat grand
design upaya preventif yang integral.
Jakarta, 03
Oktober 2015
Danik Eka Rahmaningtiyas

2 Komentar
surat tana simpati, harapan menjai Doa
BalasHapusInsyaAllah
Amin. Terimakasih Bondan
Hapus