PERTANYAAN SULIT : Kapan Menikah?

Sepertinya akhir-akhir ini pertanyaan "kapan nikah?" menjadi pertanyaan wajib setiap orang bertemu denganku. Wajar, aku perempuan dewasa sebentar lagi berusia 29 tahun (ujung masuk pintu gerbang kepala TIGA, "KEPALA TIGA" oleh sebagian besar masyarakat kita masih dianggap monster bagi anak gadis). Adikku laki-laki yang sebentar lagi akan menikah. Boleh ku katakan, itu pertanyaan yang susah dijawab jika belum tahu siapa nanti nama yang tertulis di undangan :D

Siapa sih yang tidak ingin menikah, apalagi dengan orang yang disukai.Tapi jika masih belum ada yang ngajak menikah, bagaimana menentukan waktunya. Sampai detik ini aku yakin jodohku masih disembunyikan oleh Tuhan. Entah aku atau dia yang belum layak, sehingga harus belajar memperbaiki diri agar sekufu. Jadi pilihannya enjoy mengembangkan diri jadi yang terbaik saja daripada jadi Jones tiap hari :p

di hutan biar dapat wangsit :p
Jomblo??? what?! gw jomblo.... *sok pura-pura gak percaya. Kenyataannya memang begitu. Walau kadang aku juga suka 'ngaca' koq bisa ya... hihihi... Akhirnya banyak yang menasehati, "Jangan pilih-pilih lah, ntar jadi perawan tua." Suer! belum ada yang 'niat' nembak gw beneran (baca ngelamar), trus apanya yang dipilih" *banyak yang gak percaya, trus bilang kalau gw bohong. Lalu gw 'ngaca' lagi _segitunya ya_ urusan menikah ini serius lho koq malah gak boleh milih sih :(

Banyak sekali analisis para 'pakar pernikahan' menasehati entah padaku langsung atau orang-orang terdekatku (ortu, teman, dll), sementara yang masih terekam di memoriku seperti di bawah ini :
  1. Jadi perempuan jangan terlalu pinter, laki-laki ya mikir dua kali mau ngajak menikah. Karena ada kecenderungan 'minterin' suaminya.
  2. Perempuan terlalu mandiri dianggap tidak butuh laki-laki
  3. Perempuan keren dan populer dianggap 'player'
  4. Perempuan yang mapan secara ekonomi cenderung 'merendahkan' suaminya.
  5. Perempuan cuek dan jutek dijauhi laki-laki. Coba buka diri dan hati.
Sementara itu yang masih teringat, besok-besok kalau ada lagi ku tambahin deh. Aku jadi makin bingung... trus perempuan gak boleh pinter? bukannya dia adalah pendidikan pertama bagi anak-anaknya? bukannya juga harus pinter supaya mengerti bagaimana menghargai pasangannya. Perempuan mapan dan mandiri bukannya akan makin memperkuat kerjasama keluarga kelak? Kalau dibilang aku cuek dan rada jutek, emang bentuk muka dari 'sononya' euy plus apa gw harus jadi orang yang hobi PHP anywhere-anytime???

rajin senyum biar gak keriput :D
Aku sedih banget dulu mendengar alasan salah seorang temanku tidak mau melanjutkan pendidikannya hanya khawatir jika laki-laki tidak mau melamar karena pendidikannya terlalu tinggi. Ada lagi yang tidak berani berinvestasi sejak dini karena takut laki-laki mikir dua kali menikahi perempuan yang lebih mapan. hhmm...

Janganlah menghalangi orang yang ingin belajar, mengaktualisasikan dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain hanya karena dia belum juga menikah. Daripada sibuk menggalau nungguin kapan jodoh akan datang mending kan perluas spektrum pergaulan, siapa tahu jodohnya disana. Jodoh itu rahasia Tuhan, kita upgrade diri saja. Mungkin saat ini waktu masih belum tepat, menjadi istri dan ibu hebat itu juga harus punya bekal yang cukup. Cita-citaku, mungkin perempuan-perempuan lainnya....

(jawabannya sementara dirangkum seperti ini ya... daripada aku dibilang ditanya koq jawabnya senyum doank)


Posting Komentar

0 Komentar